MENERAPKAN PERAN
DAN TUGAS BIDAN DALAM PHC UNTUK KESEHATAN WANITA YANG MENEKANKAN PADA ASPEK
PENCEGAHAN PENYAKIT DAN PROMOSI KESEHATAN
1. Asuhan Kesehatan Reproduksi pada Remaja
Defenisi
Remaja
Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan
dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Batasan usia remaja
menurut WHO (badan PBB untuk kesehatan dunia) adalah 12 sampai 24 tahun. Namun jika pada usia
remaja seseorang sudah menikah, maka ia tergolong dalam dewasa atau bukan lagi
remaja.
Kata “remaja” berasal dari bahasa latin yaitu
adolescere yang berarti to grow atau to grow maturity. DeBrun (dalam Rice, 1990)
mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak
dengan masa dewasa.
Papalia dan Olds (2001) tidak memberikan
pengertian remaja (adolescent) secara eksplisit melainkan secara implicit
melalui pengertian masa remaja (adolescence).
Masa remaja adalah masa transisi perkembangan
antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12
atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan
tahun.
Sedangkan Hurlock (1990) membagi masa remaja
menjadi masa remaja awal (13 hingga 16 atau 17 tahun) dan masa remaja akhir (16
atau 17 tahun hingga 18 tahun). Masa remaja awal dan akhir dibedakan oleh
Hurlock karena pada masa remaja akhir individu telah mencapai transisi
perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa.
Definisi
Kesehatan Reproduksi Remaja
Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu
kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi yang
dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti bebas
penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosial
kultural.
Pengetahuan
dasar yang perlu diberikan kepada remaja
a.
Pengenalan mengenai sistem, proses dan fungsi alat reproduksi
(aspek tumbuh kembang remaja)
b. Mengapa remaja perlu mendewasakan usia kawin
serta bagaimana merencanakan kehamilan agar sesuai dengan keinginnannya dan
pasanganya
c. Penyakit menular seksual dan HIV/AIDS serta
dampaknya terhadap kondisi kesehatan reproduksi
d. Bahaya narkoba dan miras pada kesehatan
reproduksi
e. Pengaruh sosial dan media terhadap perilaku
seksual
f. Kekerasan seksual dan bagaimana menghindarinya
g. Mengambangkan kemampuan berkomunikasi termasuk
memperkuat kepercayaan diri agar mampu menangkal hal-hal yang bersifat negative
h. Hak-hak reproduksi
i.
Manakala tubuh juga mengalami transisi, maka pada masa
seperti ini, remaja sangat perlu untuk benar-benar memperhatikan kondisi tubuh
terutama organ reproduksi yang banyak berkembang dalam fase ini.
j.
Anak-anak perempuan yang dulu hanya peduli untuk membersihkan
organ kewanitaannya begitu saja tanpa ada permasalahan yang lain, pada masa
remaja dan pubertas, organ kewanitaan anak gadis mulai mengalami perubahan.
k. Tumbuhnya rambut-rambut halus disekitar organ
intim juga perlu diperhatikan sehingga kebersihanpun tetap terjaga, terutama
setelah buang air kecil maupun buang air besar. Cara mencuci pun harus perlu
diperhatikan dimana arah yang sesuai (menjauhi arah kemaluan) lebih disarankan
agar bakteri dan kotoran tidak kembali bersarang.
l.
Organ kewanitaan memang patut benar-benar dijaga
kebersihannya terutama bagi yang tinggal di negara tropis semcam Indonesia.
Produksi keringat membuat daerah tersebut lembab dan merupakan kondisi yang
tepat untuk tumbuhnya jamur. Selain itu darah haid dan perubahan hormon juga
dapat merubah ekosistem organ kewanitaan.
m. Bekal pengetahuan seperti ini sangat mendasar
dan penting yang nantinya akan sangat berpengaruh pada perkembangan organ
kewanitaan pada remaja putri.
n. Kebersihan organ reproduksi juga harus
diperhatikan oleh remaja pria. Beberapa remaja pria tidak harus mengalami
pemotongan kulit pembungkus penis pada masa kanak-kanak yang sering dikenal
dengan sunatan, nah remaja pria yang memiliki organ intim seperti ini harus
tetap rajin membersihan organ intimnya dengan membersihkan daerah di dalam
lipatan kulit tersebut, karena apabila bagian di dalam lipatan kulit tidak
dibersihkan, potensi untuk tumbuhnya jamur dan hidupnya bakteri-bakteri lain
akan sangat besar.
o. Seringkali karena terburu-buru, para remaja
pria juga tidak memperhatikan keadaan sekitar saat mereka beraktivitas. Padahal
apabila salah sedikit saja dan organ intim mereka terantuk, terjepit resleting
ataupun terkena benda lain dengan cukup keras, organ intim tersebut dapat
mengalami cedera, pembengkakan yang akan dapat berakibat fatal dikemudian hari
bahkan sampai disfungsi ereksi.
Masalah-Masalah
kunci dalam Kesehatan Remaja dan peran bidan
a.
Melakukan advokasi untuk memperoleh dukungan
masyarakat terhadap kesehatan reproduksi remaja.
Masalah reproduksi dan kesehatan seksual remaja
merupakan masalah yang kontroversial di banyak kelompok masyarakat sehingga
membuat tindakan advokasi dan mendorong munculnya kesadaran akan masalah ini
menjadi lebih penting. Upaya-upaya advokasi dapat difokuskan pada membuat
perubahan di tingkat lokal, daerah atau nasional dengan menargetkan para stake
holder yang mempengaruhi penerimaan informasi dan pelayanan kesehatan
reproduksi bagi para remaja. Individu dan organisasi diposisikan dengan baik
untuk membentuk persepsi publik dan program dapat dipusatkan dalam memperkuat
dukungan untuk pendanaan dan pelaksanaan program yang relevan sehingga
meningkatkan kemungkinan suksesnya program.
b.
Komponen-komponen program yang berhasil
Program-program kesehatan reproduksi untuk
remaja cenderung akan mencapai keberhasilan maksimal jika program-program
tersebut:
-
Secara akurat mengidentifikasi dan memahami kelompok yang akan
dilayani.
-
Melibatkan remaja dalam perancangna programnya.
-
Bekerja sama dengan para pemuka masyarakat dan orang tua.
-
Melepaskan hambatan-hambatan kebijakan dan mengubah pra
anggapan para pemberi layanan (provider)
-
Membantu remaja melatih keterampilan interpersonal yang
diperlukan untuk menghindari risiko.
-
Menghubungkan informasi dan saran dengan pelayanan
-
Memberikan tokoh panutan (role model) yang membuat perilaku
lebih aman menjadi perilaku yang menarik.
-
Menginvestasikan sumber danan dan waktu dalam kerangka yang
cukup panjang.
c.
Melibatkan kaum remaja dalam aktivitas yang
bermakna
Pendidikan oleh teman sebaya dapat merupakan
pendekatan efektif untuk melibatkan para remaja. Para pendidik/edukator remaja
yang dilatih untuk membantu teman sebaya mereka dalam hal informasi dan
pelayanan kesehatan reproduksi menerima pelatihan khusus dalam pengambilan
keputusan, melakukan perujukan klien dan memberikan komoditas atau pelayanan.
Program-program yang menggunakan pendidik/edukator teman sebaya didasarkan pada
bukti bahwa para remaja memiliki hubungan baik dengan orang lain yang berusia
hampir sama, dengan ketertarikan dan latar belakang serupa.
d.
Pelayanan klinik yang
ramah bagi remaja
Pelayanan kesehatan reproduksi yang youth
friendly (ramah untuk remaja) merupakan salah satu yang dikembangkan serta
dibentuk dengan cara yang akan mengenali bahwa tantangan, kesulitan dan
hambatan yang dihadapi remaja sangat berbeda dengan orang dewasa. Pendekatan
ini mencakup memiliki petugas pelayanan kesehatan yang dilatih dengan baik,
termasuk bidan dan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan khusus remaja secara
biologis, psikologis dan kebutuhan kesehatan remaja, memiliki rasa hormat
terhadpa privasi remaja dan kerahasiaan remaja sebagai klien, fasilitas yang
dapat diakses dan lokasi yang nyaman, pelayanan dengan harga yang masuk akal
dan lingkungan yang aman dan nyaman bagi populasi remaja, termasuk kelompok
remaja pria dan wanita yang sudah menikah. Untuk membuat pelayanan menjadi
ramah dan nyaman, bidan harus mempertimbangkan masukan-masukan para remaja
terhadap komponen-komponen klinik seperti famplet informasi dan gaya ruang
tunggu. Pelayanan harus diberikan di tempat-tempat remaja biasa berkumpul untuk
belajar, bersosialisasi dan bekerja dan kerahasiaan harus dipastikan. Sikap-sikap
menghakimi dan kadang-kadang bahkan kekerasan di pihak pemberi layanan dapat
menciptakan hambatan kritis dan bertahan lama terhadap pelayanan kesehatan
reproduksi. Bidan yang bersikap menghakimi dapat menghambat pelayanan kesehatan
reproduksi pada remaja.
e.
Memberikan informasi dan pelayanan untuk para
remaja
Remaja memerlukan informasi yang sesuai dengan
usianya mengenai perkembangan fisik dan emosional, risiko-risiko potensial dari
kegiatan seksual yang tidak terlindung, kekerasan substansial, bagaimana mengakses
pelayanan kesehatan dan kesempatan-kesempatan pendidikan, kerja dan rekreasi.
Bidan sebagai penyedia layanan dapat melakukan hubungan interaktif dengan klien
remaja dengan melakukan komunikasi interpersonal. Media massa hiburan (radio,
televisi, musik, video, fil, buku komik) dapat menjadi cara yang efektif dari
segi biaya untuk mengomun ikasikan pesan-pesan yang dpat mempengaruhi
pengetahuan, sikap dan perilaku.
f.
Kontrasepsi bagi remaja
Para remaja memiliki hak untuk memperoleh
informasi yang jelas dan akurat mengenai kontrasepsi termasuk pemakain yang
benar, efek samping, dan bagaimana menjangkau petugas pelayanan kesehatan untuk
menjawab kekhawatiran mereka. Bidan mempunyai peranan yang sangat besar dalam
memberikan informasi tersebut serta konseling yang sesuai sangat penting untuk
membantu remaja menangani atau menyisihkan potensi efek samping. Konseling
harus mengungkapkan aspek pencegahan kehamilan sekaligus perlindungan terhadap
PMS (penyakit menular seksual).
g.
HIV dan PMS di
kalangan Remaja
Menurut WHO, 333 juta kasus baru PMS terjadi di
seluruh dunia setiap tahun dan setidaknya 111 juta dari kasus ini terjadi pada
mereka yang berusia di bawah 25 tahun. Hampir setengah dari infeksi HIV secara
keseluruhan terjadi pada pria dan wanita yang berusia di bawah 25 tahun, dan di
banyak negara berkembang data menunjukkan bahwa sampai 60% dari semua infeksi
HIV baru terjadi pada kelompok usia antara 15 samapi 24 tahun. Infeksi di
kalangan perempuan melebihi infeksi di kalangan pria, rasio 2 berbanding 1.
Salah satu penelitian di Tanzania memperlihatkan bahwa perempuan muda memiliki
kemungkinan untuk terinfeksi HIV lebih dari empat kali dibandingkan pria muda,
meskipun para perempuan lebih tidak berpengalama seksual dan memiliki pasangan
seksual yang lebih sedikit dibanding pria sebayanya.
h.
Kehamilan dini dan
kehamilan yang tidak diinginkan
Banyak remaja aktif secara seksual ( meskipun
bukan pilihan mereka sendiri. Setiap tahun sekitar 15 juta remaja melahirkan
anak. Proses persalinan selalu memiliki potensi risiko-risiko kesehtan, tapi
risiko persalinan lebih besar pada perempuan berusia di bawah 17 tahun. Remaja
dengan usia ini lebih mudah mengalami komplikasi dalam persalinan. Perempuan
muda seringkali memiliki pengetahuan terbatas atau kurang percaya diri untuk
mengakses pelayanan kesehatan sehingga mengakibatkan pelayanan prenatal yang
terbatas berperan penting terhadap terjadinya komplikasi. Peran bidan dalam
asuhan prenatal sangat dibutuhkan, sehingga menimbulkan kepercayaan diri
remaja. Aborsi yang tidak aman menempati proporsi tinggi dalam kematian ibu di
antara para remaja.
i.
Pendidikan seks berbasis sekolah
Evaluasi yang dilakukan di antara para kawula
muda di negara-negara berkembang dan negara-negara maju telah memperlihatkan
bahwa pendidikan seks berbasis sekolah dapat membantu menunda hubungan seksual
pertama para remaja yang belum aktif secara seksual. Untuk para remaja yang
aktif secara seksual, pendidikan seksual dapat mendorong pemakaian kontrasepsi
dan perlindungan PMS yang benar dan konsisten.
j.
Masalah Gender
Spesifik
Generasi muda, terutama anak perempuan rentan
terhadap kekerasan seksual, hubungan seksual yang dipaksakan dan hubungan
dengan kekuatan yang tidak seimbang. Beberapa budaya, perilaku pria berisiko
ditoleransi dan kadang-kadang didukung. Karena sikap-sikap gender ini telah
terbukti tidak dapat dipisahkan dari dalam banyak upaya kesehatan reproduksi
remaja, program harus secara langsung mengkonfrontasi masalah hubungan gender
yang tidak setara. Program yang meminta para perempuan muda untuk mengambil
keputusan dan tindakan yang merupakan kontradiksi dari peran perempuan yang
diterima seperti menolak melakukan hubungan seksual atau berkeras akan
pemakaian kondom. Bidan harus membantu para perempuan muda tersebut membangun
keterampilan dan rasa percaya diri yang diperlukan untuk membantu mereka
membuat keputusan-keputusan.
2.
MELIBATKAN
WANITA DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Secara umum
dalam penanggulangan masalah remaja, peran bidan adalah sebagai fasilitator dan
konselor yang bisa dijadikan tempat untuk mencari jawaban daari suatu
permasalahan yang dihadapai oleh remaja, bidan harus memiliki pengetahuan dan
wawassan yang cukup.
Contoh peran
yang bisa dilakukan adalah :
-
Mendengarkan
keluhan remaja yang bermasalah, dengan tetap menjaga kerahasiaan kliennya
-
Membangun
komunikasi dengan remaja
-
Ikut
serta dalam kelompok remaja
-
Melakukan
penyuluhan-penyuluhan pada remaja berkaitan dengan kespro
-
Memberikan
informasi-informasi yang selengkap-lengkapnya pada remaja sesuai dengan
kebutuhannya
Melibatkan
wanita dalam mengambil keputusan
Kenyataan
di tengah-tengah masyarakat seperti perilaku diskriminatf terhadap perempuan.
Masalah gender menjadi suatu permasalahan yang tidak pernah tuntas dibahas
sehingga pada akhirnya wanita tidak mempunyai hak untuk mengambil keputusan
terbaik yang berhubungan dengan dirinya.
Gender
adalah pandangan masyarakat tentang
perbedaan peran, fungsi dan tanggung jawab, antara laki-laki dan perempuan yang
merupakan hasil konstruksi (kebiasaan sosial yang tumbuh dan disepakati dalam
masyarakat) sehingga dapat diubah sesuai dengan perkembangan zaman.
Bentuk-bentuk
perilaku diskkriminatif terhadap perempuan :
-
Di
nomor duakan dalam segala aspek kehidupan, yaitu pemberian makanan bergizi
sehari-hari, kesempatan untuk pendidikan, kerja dan kedudukan
-
Keterbatasan
dalam pengambilan keputusan yaitu untuk berKB, pemilihan bidan untuk
persalinan, pertolongans egera di RS
-
Terpaksa
menikah di usia muda, tekanan ekonomi, dorongan orang tua agar lepas dari beban
keluarga
-
Tingkat
pendidikan yang belum merata dan masih rendah yaitu informasi tentang kespro
sangat terbatas
Melibatkan
wanita dalam pengambilan keputusan karena banyak ditemui
permasalahan-permasalahan, oleh karena itu dalam pengambilan keputusan dan
tindakan, wanita yang bersangkutan diikutsertakan, karena wanita memiliki
wewenang untuk memberikan informasi kesehatan serta gambaran tindakan yang akan
dilakukan.
Cara
melibatkan wanita dalam pengambilan keputusan :
a.
Memberikan
informasi yang selengkap-lengkapnya tentang permasalahan yang sesuai kebutuhan
b.
Memberikan
pandangan-pandangan tentang akibat dari keputusan apapun yang akan diambilnya
c.
Meyakinkan
ibu untuk bertanggunggjawab terhadap keputuasan yang akan diambilnya
d.
Pastikan
bahwa keputusan yang diambil ibu adalah yang terbaik
e.
Memberi
dukungan pada ibu atas keputusan yang diambilnya